Dengan intensitas dan durasi konflik yang tidak pasti, tantangan ganggan terhadap kegiatan pertanian dari dua eksportir utama komoditas mengalami kekhawatiran kelangkaan pangan. Hal ini membuat negara-negara di dunia sudah banyak mengambil langkah untuk mengamankan pasokan pangannya sendiri dengan melarang ekspor.
Pemerintah negara-negara di dunia mengambil langkah-langkah untuk menjaga pasokan makanan dalam negeri setelah invasi Rusia ke Ukraina mengacaukan perdagangan dan membuat harga bahan pokok melonjak.
Hungaria menjadi salah satunya. sejak Maret bulan lalu, telah memutuskan melarang ekspor biji-bijian dalam bentuk serealia. Meskipun keputusan ini akan mengorbankan pasokan pangan untuk Italia di mana 65% kebutuhannya dijamin oleh ekspor dari Hungaria. Namun keputusan ini bagi Menteri Pertanian Hungaria Istvan Nagy dirasa sudah sangat tepat
Selanjutnya, Maldova juga ikut menunda pengapalan komoditas gandum, jagung, dan gula. Hal ini diterangkan oleh Perdana Menterinya Natalia Gavrilita dimana kebijakan ini mulai diberlakukan sejak bulan maret lalu hingga April ini.
Penangguhan ekspor akan berlaku hingga berakhirnya keadaan darurat 60 hari yang akan diumumkan parlemen. Bukan tanpa alasan, aksi ini juga diambil karena gangguan logistik akibat invasi Rusia Ukraina. Hampir 16.000 pengungsi telah melintasi perbatasan dari Ukraina sehingga membuat Moldova menutup wilayah udaranya.
Sebelumnya, Maldova berperan penting dalam sektor pertanian serta menawarkan pasar bagi investor asng. Pertanian secara tradisional telah dan tetap menjadi pilar utama ekonomi Moldova. Negara ini memiliki sumber daya dan kondisi tanah yang menguntungkan untuk produksi pertanian.
Moldova menawarkan berbagai macam produk pertanian, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan ternak. Tanaman dasar termasuk biji-bijian musim dingin dan musim semi (gandum, barley, jagung). Sayangnya ekspor produk ini harus berhenti sementara akibat konflik tersebut.
sumber berita : cnbcindonesia.com