Turki juga ikut memperketat pengaturan tata niaga ekspor gandum menurut laporan dari Layanan Pertanian Luar Negeri Departemen Pertanian AS (USDA), sebelum invasi Rusia Ukraina terjadi Turki sempat mengalami kesulitan di mana kekeringan yang parah menyebabkan produksi gandum Turki pada 2021-22 turun 2 juta ton, menjadi 16,25 juta ton.
Pada tahun 2021, ekspor gandum Turki, termasuk produk gandum, diperkirakan lebih tinggi pada 6,55 juta ton, yang mendekati tingkat ekspor tahun 2021. Perkiraan ini mengasumsikan ekspor tepung yang lebih baik dari tahun lalu, dan ekspor pasta dan gandum yang stabil ke negara-negara tetangga.
Laporan perkiraan ini seakan menjadi mimpi bagi Turki. Pasca terjadinya Invasi, Turki harus mengambil langkah untuk mengamankan pangan negaranya sendiri. Negara-negara pengimpor pangan seperti Mesir, yang mengimpor 80% gandumnya dari negara lain mulai khawatir akan stok pangan mereka.
Dari dalam negeri, beberapa waktu lalu Indonesia mengalami kelangkaan minyak goreng ditengah produksi crude palm oil (CPO) yang masih stabil. Situasi tersebut berbuntut pada keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang melarang ekspor dan minyak goreng dan bahan bakunya.
Hal ini tentunya membuat berbagai negara konsumen utama minyak sawit dunia ketar ketir mencari penggantinya. Misalnya saja, Tahun 2020/2021, CPOPC memproyeksikan India mengimpor 8,5 juta ton minyak sawit dan diprediksi naik jadi 8,6 juta ton di periode 2021/2022.
China menyusul dengan estimasi impor 6,8 juta ton di tahun 2020/2021 dan bakal melonjak jadi 7,2 juta ton di tahun 2021/2022. Lalu 27 negara di Uni Eropa diprediksi butuh 6,2 juta ton pada 2020/2021 dan akan naik jadi 6,9 juta ton pada 2021/2022.
Dengan estimasi total pasokan ke negara lainnya mencapai 26,1 juta ton di tahun 2020/2021 dan diprediksi naik jadi 27,9 juta ton di 2021/2022, CPOPC memproyeksikan impor minyak sawit dunia mencapai 47,6 juta ton di tahun 2020/2021 dan naik jadi 50,6 juta ton tahun 2021/2022.
Langkah-langkah yang di ambil berbagai negara dengan penerapan kebijakan larangan ekspor bahan pangan untuk mengamankan stok pangan mereka di sisi lain menyebabkan kekhawatiran negara lain yang melakukan impor bahan pangan tersebut.
Tak terkecuali Indonesia, sebagai negara pengimpor gandum. Direktur Jenderal Agro Kemenperin Putu Juli mengatakan sejumlah negara pemasok gandum yang SK-nya bakal berakhir atau dalam proses perpanjangan pada tahun ini seperti India, Pakistan, Rumania, Bulgaria dan Lithuania. Langkah itu dilakukan untuk tetap menjaga pasokan gandum dalam negeri tetap terkendali di tengah melonjaknya harga akibat perang Rusia-Ukraina.
Berbagai negara yang mengimpor bahan pangan tentunya jungkir balik memutar otak bagaimana stok pangan negaranya tetap terjaga. Dampak konflik Rusia Ukraina ini sunggung membuat negara berpikir tentang diri masing-masing dan melindungi negara mereka sendiri.
sumber berita : cnbcindonesia.com