InfoSAWIT, JAKARTA – Program hilirisasi komoditas strategis perkebunan yang digagas Kementerian Pertanian (Kementan) mendapat dukungan penuh dari Kementerian Kehutanan (Kemenhut). Dukungan tersebut diwujudkan melalui upaya optimalisasi lahan Perhutanan Sosial (Perhutsos) yang dikelola oleh masyarakat sekitar hutan, sebagai bagian dari penguatan sektor hilirisasi nasional.
Hal ini mengemuka dalam rapat koordinasi antara Kemenhut dan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan, Jumat (3/10/2025), di kantor pusat Kementan, Jakarta.
Wakil Menteri Kehutanan, Rohmat Marzuki, menilai bahwa kebijakan hilirisasi sejalan dengan arah pembangunan kehutanan, terutama dalam pengelolaan Perhutsos yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. Hingga kini, Kemenhut telah memberikan izin pemanfaatan lahan Perhutsos seluas 8,9 juta hektare, yang melibatkan lebih dari 1,2 juta kepala keluarga (KK) di berbagai wilayah Indonesia.
“Lahan Perhutsos memang diperuntukkan bagi masyarakat sekitar hutan, yang sebagian besar berasal dari kelompok ekonomi lemah. Melalui program ini, mereka didorong mengelola lahan secara produktif dengan sistem agroforestry-mengombinasikan tanaman kayu sekitar 60 persen dan tanaman nonkayu 40 persen -serta tetap menjaga kelestarian lingkungan melalui penggunaan pupuk organik,” ujar Rohmat dilansir InfoSAWIT dari FB Ditjenbun, Senin (6/10/2025).
la menambahkan, empat dari tujuh komoditas strategis perkebunan nasional merupakan tanaman kayu. Karena itu, integrasi antara program hilirisasi dan kebijakan kehutanan menjadi langkah strategis dalam memperkuat ekonomi berkelanjutan. “Sinergi ini memiliki potensi besar. Selain menambah nilai ekonomi, juga menjaga keberlanjutan ekosistem hutan,” imbuhnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, Abdul Roni Angkat, menegaskan bahwa hilirisasi komoditas perkebunan diarahkan untuk memperkuat rantai nilai dari hulu ke hilir. Fokus utamanya meliputi penyediaan dan penggunaan benih unggul, pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, pengembangan tanaman perkebunan, peningkatan kapasitas penyuluh dan penangkar benih, serta keterlibatan BUMN sektor perkebunan seperti PTPN dan Riset Perkebunan Nusantara (RPN).
“Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci agar hilirisasi benar-benar mampu memberikan manfaat nyata bagi petani, masyarakat sekitar hutan, dan industri nasional,” tutup Roni. (T2)
Sumber Berita : infosawit.com












